CERITA ZAHID DENGAN SERIMALA DAN
PANDAI EMAS DAN PANDAI TENUN
Terdapat seorang Zahid, seorang pandai kayu, seorang pandai
emas dan seorang yang sangat pintar dalam bertenun. Keempatnya pun berjalan
kesebuah negeri. Menurut cerita, tak terasa hari pun sudah larut malam. Maka,
mereka pun memutuskan untuk singgah sebentar disuatu tempat persinggahan.
Seseorang dari mereka berkata “ Kita ini empat orang. Sebaiknya kita bergantian
untuk berjaga, karena ditempat ini banyak penjahat, hai sahabatku!”
Ketiga orang itu menjawab,
“Perkataanmu benar sahabatku.” Serimala lah
yang mendapat giliran pertama untuk berjaga. Ia berjaga seorang diri. Pada saat
berjaga, serimala melihat seonggok kayu yang besar. Sepintas, kayu itu mirip
dengan seorang manusia yg tinggi dan besar.
Lalu, serimala pun mengambil kayu yang tinggi dan besar itu. Serimala
pun menggambar seorang perempuan dikayu itu dan memahatnya. Setelah satu jam
kemudian, serimala berhasil menyelesaikan patung perempuan yang ia pahat tadi.
Setelah satu jam berlalu, ia membangunkan pandai tenun untuk gantian berjaga.
Pandai tenun itu pun terbangun. Ia melihat terdapat patung perempuan, berdiri, berparas cantik, tetapi patung
itu tidak mengenakan pakaian. Pandai tenun itu pun berkata dalam hati “Aku
mempunyai benang, baiklah akan ku buatkan pakaian untuk patung ini.” Setelah mengambil semua peralatan yang ia
perlukan, mulailah pandai tenun membuat pakaian dari sehelai kain untuk patung
itu. Tak terasa sudah satu jam ia menenun, pakaian yang ia tenun pun sudah
jadi. Maka ia membangunkan pandai emas untuk bergantian berjaga. Pandai emas
pun terbangun dari tidurnya. Dilihatnya patung perempuan yang sangat cantik dan
memakai baju yang bagus. Pandai emas berkata dalam hati “Patung ini memakai
pakaian yang sangat bagus. Namun sayang, tidak ada perhiasan yang dikenakan.
Kalau begitu, akan aku buatkan perhiasan yang bagus.” Tak terasa, perhiasan
yang ia buat pun sudah jadi. Lalu perhiasan itu langsung ia kenakan ke patung
itu. Menurut cerita, patung perempuan itu pun semakin cantik dengan pakaian dan
perhiasan yang ia kenakan. Pandai emas pun membangunkan zahid untuk menggantikannya berjaga. Setelah zahid bangun, ia melihat patung
perempuan yang sangat cantik dan anggun. Namun sayang ia tidak bernyawa. Zahid
pun berpikir, “Pasti ketiga sahabatku lah yang membuat patung ini. Akan tetapi
patung ini tidak bernyawa. Baiklah, aku akan menyempurnakannya.” Zahid itu pun
berkata lagi “Aku akan mencoba memohon kehadirat Allah ta’ala agar senantiasa
Allah memberikan nyawa pada patung ini. Semoga Allah memberikan karuniannya.”
Lalu zahid itu pun mengambil
air wudhu, dan shalat dua raka’at, serta memohon agar patung itu diberikan
nyawa. Dengan karunia Allah ta’ala, patung itu pun bernyawa seperti manusia.
Tak terasa matahari pun sudah terbit dari peradabannya. Ketiga sahabatnya pun
terbangun dari tidurnya. Mereka melihat patung itu hidup, dan memiliki paras
yang cantik jelita. Serimala pun berkata, “Akulah pemilik patung itu, karena
aku yang membuatnya.”
Pandai tenun pun menjawab,
“Aku juga pemilik patung ini, karena aku yang memberikannya pakaian.”
Pandai emas pun tak tinggal
diam. Ia berkata “Aku pemiliknya! Karena aku yang membuatkannya perhiasan
sehingga ia terlihat anggun.”
Zahid itu pun berkata, “ Bukan
kalian lah yang memiliki patung ini melainkan aku karena aku yang telah memohon
kepada Allah ta’ala untuk memberikan nyawa kepadanya”
Perdebatan keempat sahabat
yang memperebutkan patung ini pun semakin besar. Zahid pun berkata “ Jika kita terus berdebat
tidak akan selesai! Lebih baik kita masuk ke negri ini lalu meminta bantuan
kepada sesepuh negri ini untuk menentukan siapa pemilik patung ini.”
Lalu keempat sahabat ini pun
berjalan membawa perempuan yang berparas cantik itu bersama sama. Ditengah
perjalanan mereka bertemu dengan seseorang lelaki yang masih sangat muda.
Keempat sahabat itu pun menceritakan tujuan mereka masuk ke negri ini. Pemuda
itu pun berkata “Sesunguhnya perempuan itu adalah istriku yang sudah lama
menghilang dari rumah dan ia mambawa lari seluruh hartaku.”
Setelah mendengar perkataan
pemuda itu, maka keempat sahabat dan pemuda itu berdebat untuk memperebutkan
perempuan yang berparas cantik itu. Lalu
mereka melanjutkan perjalanan. Tak berapa lama kemudian, mereka bertemu dengan
pengawal negri itu. Lalu pengawal itu pun memeriksa keempat sahabat dan pemuda
itu. Mereka pun menceritakan kepada pengawal negri mengenai tujuan mereka
berlima datang ke negri ini. Pengawal
itu pun melihat perempuan yang berparas cantik itu. Lalu pengawal itu pun
berkata “Perempuan ini adalah istri saudagar yang telah lama mati. Tetapi aku
yang memilikinya karena saudagar itu adalah saudaraku. Namun perempuan ini
telah lama mati. Sekarang, aku akan ambil perempuan ini dari kalian semua.
Marilah kita pergi menuju sesepuh negri ini.”
Mereka pun masuk ke balai
untuk menemui sesepuh negri. Satu
persatu menemui sesepuh negri untuk menceritakan keperluannya kepada sesepuh
negri. Lalu sesepuh negri itu pun melihat perempuan yang berparas cantik itu.
Sesepuh negri itu pun berkata “ Perempuan ini adalah wanita simpananku yang telah lama kabur dari
rumah ini.”
Maka perempuan itu hendak
diambil oleh sesepuh negri. Suasana pun
menjadi haru karena ternyata yang berhak memiliki perempuan itu adalah sesepuh
negri. Dengan takdir Allah ta’la tiba tiba datanglah seorang pemuda yang
berparas sangat tampan, tak ada yang mengenalinya dan tak ada yang tahu
darimana asalnya. Pemuda yang berparas tampan itu berkata “Pergilah kalian
semua ke sebuah pohon besar yang berada di tengah padang itu, niscaya
selesailah perdebatan kalian.”
Maka mereka pun pergi kesebuah
pohon kayu yang sangat besar itu tak lupa ia membawa perempuan yang mereka
prebutkan.
Sesampainya di pohon kayu
besar, maka masing masing mengatakan keperluannya kepada pohon kayu besar itu.
Dengan takdir Allah kayu itu pun terbelah menjadi dua. Perempuan itu pun masuk
kedalam kayu itu. Maka dari sela sela kayu, keluarlah suara perempuan itu. Ia
berkata “Kembalilah aku kepada asalku.” Maka kayu itu pun tertutup lagi. Ketujuh orang yang memperebutkan perempuan itu
pun putus asa dan kembali ketempat asalnya masing masing.
Burung itu pun berkata, “Hai
Sitti yang baik! Maka demikianlah anak raja itu tidak berguna dan kepada suami
pun tiada gunannya”. Maka Khojah Maimun pun turun dari tangga dan kembali kerumahnya
karena hari sudah siang. Lalu Khojah Maimun meminta burung itu menceritakan
kembali hikayat yang telah diceritakan untuk mendongengkan kepada keturunannya.
Burung itu pun berkata “Biarkan Allah ta’ala lah yang menceritakan semuanya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar