Selasa, 11 November 2014

Tulisan 8

CERITA ZAHID DENGAN SERIMALA DAN PANDAI EMAS DAN PANDAI TENUN


        Terdapat seorang Zahid, seorang pandai kayu, seorang pandai emas dan seorang yang sangat pintar dalam bertenun. Keempatnya pun berjalan kesebuah negeri. Menurut cerita, tak terasa hari pun sudah larut malam. Maka, mereka pun memutuskan untuk singgah sebentar disuatu tempat persinggahan. Seseorang dari mereka berkata “ Kita ini empat orang. Sebaiknya kita bergantian untuk berjaga, karena ditempat ini banyak penjahat, hai sahabatku!” 


            Ketiga orang itu menjawab, “Perkataanmu benar sahabatku.”  Serimala lah yang mendapat giliran pertama untuk berjaga. Ia berjaga seorang diri. Pada saat berjaga, serimala melihat seonggok kayu yang besar. Sepintas, kayu itu mirip dengan seorang manusia yg tinggi dan besar.  Lalu, serimala pun mengambil kayu yang tinggi dan besar itu. Serimala pun menggambar seorang perempuan dikayu itu dan memahatnya. Setelah satu jam kemudian, serimala berhasil menyelesaikan patung perempuan yang ia pahat tadi. Setelah satu jam berlalu, ia membangunkan pandai tenun untuk gantian berjaga. Pandai tenun itu pun terbangun. Ia melihat terdapat patung  perempuan, berdiri, berparas cantik, tetapi patung itu tidak mengenakan pakaian. Pandai tenun itu pun berkata dalam hati “Aku mempunyai benang, baiklah akan ku buatkan pakaian untuk patung ini.”  Setelah mengambil semua peralatan yang ia perlukan, mulailah pandai tenun membuat pakaian dari sehelai kain untuk patung itu. Tak terasa sudah satu jam ia menenun, pakaian yang ia tenun pun sudah jadi. Maka ia membangunkan pandai emas untuk bergantian berjaga. Pandai emas pun terbangun dari tidurnya. Dilihatnya patung perempuan yang sangat cantik dan memakai baju yang bagus. Pandai emas berkata dalam hati “Patung ini memakai pakaian yang sangat bagus. Namun sayang, tidak ada perhiasan yang dikenakan. Kalau begitu, akan aku buatkan perhiasan yang bagus.” Tak terasa, perhiasan yang ia buat pun sudah jadi. Lalu perhiasan itu langsung ia kenakan ke patung itu. Menurut cerita, patung perempuan itu pun semakin cantik dengan pakaian dan perhiasan yang ia kenakan. Pandai emas pun membangunkan zahid untuk menggantikannya berjaga.  Setelah zahid bangun, ia melihat patung perempuan yang sangat cantik dan anggun. Namun sayang ia tidak bernyawa. Zahid pun berpikir, “Pasti ketiga sahabatku lah yang membuat patung ini. Akan tetapi patung ini tidak bernyawa. Baiklah, aku akan menyempurnakannya.” Zahid itu pun berkata lagi “Aku akan mencoba memohon kehadirat Allah ta’ala agar senantiasa Allah memberikan nyawa pada patung ini. Semoga Allah memberikan karuniannya.” 



            Lalu zahid itu pun mengambil air wudhu, dan shalat dua raka’at, serta memohon agar patung itu diberikan nyawa. Dengan karunia Allah ta’ala, patung itu pun bernyawa seperti manusia. Tak terasa matahari pun sudah terbit dari peradabannya. Ketiga sahabatnya pun terbangun dari tidurnya. Mereka melihat patung itu hidup, dan memiliki paras yang cantik jelita. Serimala pun berkata, “Akulah pemilik patung itu, karena aku yang membuatnya.”



            Pandai tenun pun menjawab, “Aku juga pemilik patung ini, karena aku yang memberikannya pakaian.”



            Pandai emas pun tak tinggal diam. Ia berkata “Aku pemiliknya! Karena aku yang membuatkannya perhiasan sehingga ia terlihat anggun.” 



            Zahid itu pun berkata, “ Bukan kalian lah yang memiliki patung ini melainkan aku karena aku yang telah memohon kepada Allah ta’ala untuk memberikan nyawa kepadanya”


            Perdebatan keempat sahabat yang memperebutkan patung ini pun semakin besar.  Zahid pun berkata “ Jika kita terus berdebat tidak akan selesai! Lebih baik kita masuk ke negri ini lalu meminta bantuan kepada sesepuh negri ini untuk menentukan siapa pemilik patung ini.” 

            Lalu keempat sahabat ini pun berjalan membawa perempuan yang berparas cantik itu bersama sama. Ditengah perjalanan mereka bertemu dengan seseorang lelaki yang masih sangat muda. Keempat sahabat itu pun menceritakan tujuan mereka masuk ke negri ini. Pemuda itu pun berkata “Sesunguhnya perempuan itu adalah istriku yang sudah lama menghilang dari rumah dan ia mambawa lari seluruh hartaku.”



            Setelah mendengar perkataan pemuda itu, maka keempat sahabat dan pemuda itu berdebat untuk memperebutkan perempuan yang berparas cantik itu.  Lalu mereka melanjutkan perjalanan. Tak berapa lama kemudian, mereka bertemu dengan pengawal negri itu. Lalu pengawal itu pun memeriksa keempat sahabat dan pemuda itu. Mereka pun menceritakan kepada pengawal negri mengenai tujuan mereka berlima datang ke negri ini.  Pengawal itu pun melihat perempuan yang berparas cantik itu. Lalu pengawal itu pun berkata “Perempuan ini adalah istri saudagar yang telah lama mati. Tetapi aku yang memilikinya karena saudagar itu adalah saudaraku. Namun perempuan ini telah lama mati. Sekarang, aku akan ambil perempuan ini dari kalian semua. Marilah kita pergi menuju sesepuh negri ini.” 


            Mereka pun masuk ke balai untuk menemui sesepuh negri.  Satu persatu menemui sesepuh negri untuk menceritakan keperluannya kepada sesepuh negri. Lalu sesepuh negri itu pun melihat perempuan yang berparas cantik itu. Sesepuh negri itu pun berkata “ Perempuan ini adalah  wanita simpananku yang telah lama kabur dari rumah ini.”


            Maka perempuan itu hendak diambil oleh sesepuh negri.  Suasana pun menjadi haru karena ternyata yang berhak memiliki perempuan itu adalah sesepuh negri. Dengan takdir Allah ta’la tiba tiba datanglah seorang pemuda yang berparas sangat tampan, tak ada yang mengenalinya dan tak ada yang tahu darimana asalnya. Pemuda yang berparas tampan itu berkata “Pergilah kalian semua ke sebuah pohon besar yang berada di tengah padang itu, niscaya selesailah perdebatan kalian.”
            Maka mereka pun pergi kesebuah pohon kayu yang sangat besar itu tak lupa ia membawa perempuan yang mereka prebutkan. 



            Sesampainya di pohon kayu besar, maka masing masing mengatakan keperluannya kepada pohon kayu besar itu. Dengan takdir Allah kayu itu pun terbelah menjadi dua. Perempuan itu pun masuk kedalam kayu itu. Maka dari sela sela kayu, keluarlah suara perempuan itu. Ia berkata “Kembalilah aku kepada asalku.” Maka kayu itu pun tertutup lagi.  Ketujuh orang yang memperebutkan perempuan itu pun putus asa dan kembali ketempat asalnya masing masing.


            Burung itu pun berkata, “Hai Sitti yang baik! Maka demikianlah anak raja itu tidak berguna dan kepada suami pun tiada gunannya”. Maka Khojah Maimun pun turun dari tangga dan kembali kerumahnya karena hari sudah siang. Lalu Khojah Maimun meminta burung itu menceritakan kembali hikayat yang telah diceritakan untuk mendongengkan kepada keturunannya. Burung itu pun berkata “Biarkan Allah ta’ala lah yang menceritakan semuanya”. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar